Orang Indonesia Reaktif Hadapi Serangan Cyber


(Ist)


      Jakarta - Di era cyber segalanya menjadi tanpa batas. Serangan cyber pun sangat mungkin terjadi dari segala penjuru mata angin, demikian istilahnya. Lalu bagaimana kita menghadapinya?

      Muhammad Salman, staf bidang hubungan kerjasama antar lembaga di Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII) menyebutkan, kecenderungan kultur masyarakat kita ketika menghadapi serangan cyber lebih sering reaktif.

      "Sebenarnya tipikal serangan itu hampir sama, jadi kalau kita mempelajari bagaimana mekanisme serangan itu, harusnya kita bisa mengantisipasinya sejak awal," tambahnya usai press conference persiapan konferensi keamanan internet internasional di gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Jakarta, Selasa (20/3/2012).

      Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewabroto memberikan contoh saat terjadi kasus klaim tari pendet oleh Malaysia. Saat itu, sebagian oknum pengguna internet baik di Indonesia maupun Malaysia saling menyerang.

      "Kecenderungan reaktif memang tak hanya di kita saja, di negara lain juga. Itu bisa dipahami, mungkin tersentil rasa nasionalisme, namanya juga human being. Tapi please deh jangan berlebihan, karena kalau sudah di luar kontrol terjadi cyber war, layanan strategis di sini maupun di Malaysia bisa kolaps," terang Gatot.

      Dijelaskan Gatot, dalam keadaan seperti ini, pengawas keamanan internet di Indonesia maupun Malaysia sama-sama menenangkan dan berupaya memperlambat gempuran serangan.

      Menurut Salman, saat ini Id-SIRTII berusaha menumbuhkan kesadaran akan keamanan internet dan mengedukasi masyarakat mengenai hal apa saja yang perlu dilakukan.

      "Kalau diiringi dengan penumbuhan awareness ini bisa ditanggulangi. Masyarakat juga harus tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi sesuatu, jadi pendekatannya reaktif juga," ujarnya.

      Menurutnya, tidak semua tipikal hacker memiliki tujuan merusak. Kebanyakan di antara mereka biasanya iseng, pamer ilmu atau menjajal daya tahan sebuah situs.

      "Tentu saja kita harapkan ke depan masyarakat kita semakin dewasa, juga agar hal-hal seperti itu tidak terjadi. Dan lebih penting lagi adalah komunikasi sebenarnya komunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat bahwa mengamankan internet itu kan tugas bersama," tandasnya.



Sumber : Detik

0 komentar: